Masyhur dalam kultur masyarakat Aceh ketika ada barang
atau harta yang dicuri maka tradisi yasinan sangat ampuh untuk menteror
para pancuri tujoh. Walhasil kisah-kisah kembalinya barang atau harta
yang dicuri adalah hal yang tak mustahil, atau paling tidak para pancuri
tujoh akan menuai petaka.
Para “ureung keumaloen” kesulitan melacak
eksistensi mereka, apalagi setelah para pancuri tujoh berganti baju dan
berteman dekat dengan para kaum elit negeri. Tentang sukarnya mengenali pancuri
tujoh, hadih maja Aceh telah mengulasnya; Pancuri u sireungket bak ulee,
pancuri tube meubulee dada, pancuri manok mata lam parek, pancuri itek mata lam
paya, pancuri pisang meugeutah bak jaroe, pancuri kayee pat tatanda, pancuri neugara hek ta mita
rupa.
Para pencuri tujoh turut mengendalikan setiap pencurian
khas negara, orang-orang yang tak mau diajak berkerjasama dengannya akan
dibabat habis dengan “parang lintek” tanpa ampun. Bentuk kriminal yang
dimainkan para pancuri tujuh ini sering luput dari kacamata rakyat. Bisa
jadi karena muaknya rakyat, sehingga tak ingin ambil pusing dengan tingkah para
elitnya. Atau masyarakat telah dikonsepkan untuk tidak menyelidiki hikayat
pancuri tujoh setelah ada teror dan ancaman parang lintek.
Kisah pencurian
celengan mesjid menjadi indikasi terkecil bagaimana pancuri tujoh
telah merambah kepada simbol-simbol agama. Para pemilik mental pancuri tujoh
akan selalu menolak dan berat untuk berinfaq dan mengeluarkan zakat.
Ketidakpahaman dalam pembagian harta warisan juga turut membuka peluang pada pancuri
tujoh untuk mengambil harta yang bukan haknya.
Dalam ranah pendidikan, kasus-kasus menyontek ketika
ujian telah mendidik generasi muda untuk menjadi pancuri tujoh abad 21.
Menyontek telah menjadi budaya berjama’ah di lembaga pendidikan kita. Sampai
pada tahap pencurian naskah-naskah sejarah dan upaya memanipulasi sejarah
merupakan buah kerja tingkat tinggi para pancuri tujoh.
Wujud pencuri tujoh yang sangat jelas terlihat adalah
eksistensi israel dan sekutunya yang
telah mencaplok sah tanah Quds. Tindak tanduk mereka adalah cerminan dari
mental pancuri tujoh. bahkan meraka sendiri adalah ayahnya para pancuri
tujoh yang tak akan puas sebelum
mengalahkan Islam (QS Albaqarah; 120)
Mesir dan pancuri Tujoh
Mesir pasca revolusi dihadapkan kepada tantangan berat
untuk meminimalisir kriminalitas. Pasca tsaurah di Mesir, banyak
narapidana; pancuri tujoh yang kabur sehingga peluang kriminalitas
terbuka lebar. Hal ini terbukti dalam beberapa bulan terakhir, aksi
kriminalitas dalam format pencurian mulai menukik. Padahal kestabilan dan
keamanan negara telah menjadi prioritas utama pemerintahan baru Mesir. Dalam
siaran persnya, perdana menteri Mesir, Hisyam Qandil pernah mengungkap keseriusan dimaksud.
Kita menunggu kebijakan-kebijakan pemerintah baru yang berpihak
pada kemashlahatan umat, khususnya dalam hal memerangi kriminalitas. Diantara
harapan kita adalah rekontruksi kembali penjara sebagai madrasah ruhani, karena
selama ini stigma penjara Mesir masih sarat dengan bau anyir penyiksaan.
Penjara belum menjadi glap perubah mental narapidana; pancuri tujoh. Tegasnya,
penjara belum memasuki ranah dakwah yang membawa pesan-pesan
kebaikan bagi penghuninya. Padahal
fungsi penjara sangat memungkinkan untuk membentuk pribadi pancuri tujoh
hijrah ke arah yang benar.
Lahirnya pancuri tujoh di tengah umat selama ini
adalah bagian dari kesalahan mendidik. Kita terlalu abai dengan generasi belia
sehingga tekhnologi memaksa mereka menjadi kaum culas. Untuk beberapa
waktu, hikayat pancuri tujoh akan terus dibaca syahdu, bahkan alunannya
sampai ke lorong-lorong sempit dunia. Sudah menjadi tugas kita untuk berjuang
memusnahkan hikayat dimaksud.
*
Editor Buletin el-Asyi KMA Mesir.
0 Komentar