Advertisement

Tentang Dja-07, Bolehkan?

Anggaplah coretan pendek ini sebagai reuni pelepas rindu. Meskipun tetap saja tak akan sempurna jikalau tubuh tak pernah bertemu. Mata tak bisa memandang dan tangan tak mampu berjabat seperti dulu. Hari ini, ingin kami lukis rindu itu dalam kanvas sederhana ini.



Tak ada kebahagian yang besar diantara kita selain berkumpul dan tertawa bersama, bergotong royong, sampai menjalani sangsi. Kampus I dan II dua cukup menjadi saksi bagaimana kenangan indah itu terukir. Setiap jejak kaki di Jeumala, selalu saja ada bekas yang tersisa.



Bangku biru mungkin telah ditakdirkan Allah agar kita mudah mengingat kembali romantika kehidupan dayah kala itu. Sedang rumoh Aceh adalah anugrah terbesar bagi Jeumala, di rumoh itu pula tak sedikit kenangan yang terukir. Kenangan OSPED saat minggu pertama di dayah. 5 tahun kemudian ada pelantikan OSMID, saat-saat berkumpul OSMID menjadi momentum penting yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Sampai malam menjelang wisuda, kita masih berada disitu, ya malam gladi resik. Saat semuanya harus mengumpulkan uang untuk sehelai baju toga, masih ingatkan?



Juga tentang meraka yang telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya, Almarhum pak Syafruddin Idris, Ustaz jamal, Almarhum pak Wa yang turut serta mewarnai pengalaman kita di dayah. Mereka adalah sosok yang telah mengkhidmah semua masyarakat dayah sebagai bentuk tanggung jawabnya. Ada Almarhum ustaz Majid, seorang guru yang sangat ikhlas dan bersahaja, any question? Sering beliau lemparkan kata-kata itu, sayang seribu sayang, kami tak lihai memanfaatkannya.



Waktupun terus beranjak pergi tanpa seorangpun bisa membalikkannya kembali. Waktu jua yang telah membebaskan kita dari penjara suci itu. Ya kita telah bebas, sebebas perjalanan dari seulawah menuju Banda barangkali, sebebas air nil yang mengalir, sebebas terbangnya burung camar di pantai Alexandria, sebebas wak Nu kala membawa telur asin, atau sebebas penjual ek krim di pintu gerbang dayah? Yang pasti semenjak itu kita telah bebas menentukan nasib menjadi mahasiswa.



Duh... betapa senangnya kala itu, Sebuah level tertinggi thalabul ilmi kita sandang juga. Artinya kita siap untuk menjamah ilmu, kita siap merasakan kerasnya Darussalam, kerasnya kota Jakarta, kerasnya Yogyakarta. Setelah menjadi mahasiswa artinya kita telah siap dibuang untuk mencari ilmu.



Tak terasa, sepanjang 2011 atau 2012 sebagian kawan akan menyelesaikan studi sarjananya. Kebahagian yang tiada tara sudah pasti hadir pada wajah-wajah itu. Yakni kebahagian melewati sebagian fase dalam ranah kehidupan mahasiswa.



Semoga kebahagiaan itu akan turut kami rasakan, kami yang tidak jelas juntrungnya, kami yang masih apoh-apah dalam menuntun hidup. Beruntung kami masih bisa mendekap asa. Asa yang ada karena melihat cerahnya muka mereka. Hingga detik ini kami bangga memiliki kawan-kawan semua, meskipun sangat jarang kita menyapa, toh nama Jeumala 07 telah tersimpan kokoh dalam hati masing-masing diri. Sampai terjangan badai sekalipun tak akan mampu menghilangkan cerita tentang kita, kawan!



Mahattah Nashr, 20 Januari 2011

Posting Komentar

0 Komentar